KENAPA BUKAN SAYA YANG DIPROMOSI?
Coba kita simak dialog berikut
ini:
“Saya sangat kecewa dengan
kebijakan perusahaan ini. Saya sudah bekerja selama 10 tahun, sampai saat ini
masi jadi supervisior. Tapi si budi yang baru bekerja 4 tahun di sini, sudah dipromosikan
menjadi manajer. Saya sungguh tidak mengerti, mengapa manajemen perusahaan
tidak adil dan buta matanya. Saya merasa tidak dihargai….dan kecewa sekali…!”
Keluhan seperti ini sering
didengar dikalangan professional. Mereka merasa bahwa jerih payah mereka tidak
dihargai oleh perusahaan. Ada professional yang bekerja bahkan sudah 10-15 tahun,
tetapi tidak dipromosikan, sedangkan orang-orang yang relative baru masuk,
sudah diangkat jabatannya. Mengapa bisa terjadi seperti ini?
Dari sekian banyak penyebab, ada
beberapa penyebab yang kemungkinan besar, membuat orang seperti di atas tidak
dipromosikan.
Banyak orang
yang berpikir bahwa orang akan dipromosi atau tidak, kriteria yang dipakai
berdasarkan berapa lama atau berapa tahun ia bekerja. Padahal, pola pikir
seperti ini sudah tidak berlaku lagi di jaman sekarang. Dunia bisnis semakin
kompetitif. Perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang menunjukkan
prestasi. Perusahaan mencari dan membutuhkan
para professional yang bisa menunjukan prestasi dan memberikan
kontribusi diatas rata-rata. Jaman sekarang kalau bisa, perusahaan membutuhkan karyawan sesedikit mungkin tetapi dapat melakukan pekerjaan sebanyak mungkin, tentu ini pendapat saya pribadi. Anda boleh tidak percaya dengan pendapat ini, tetapi saya dapat memberikan contoh yang real. Beberapa waktu lalu saya datang ke sebuah perusahaan (custmer kami) dan kebetulan saya bertemu langsung dengan owner perusahaan tersebut, lalu kami banyak berbincang-bincang. satu hal yang kami perbincangkan adalah mengenai pertumbuhan bisnis di jaman yang carut-marut ini. saya menarik kesimpulan dari perbincangan tersebut, bahwa saat ini kalau perusahaan-perusahaan yang masi sedang beroperasi, diantaranya karena tidak punya pilihan. jika saya sebut merek dagang perusahaan tersebut Anda pasti kenal. perusahaan dengan memiliki 7 anak perusahaan mengalami seperti itu??????wao....., jika melihat hal tersebut maka saya boleh membenarkan pendapat saya donk.......:). Siapapun Anda yang sudah/pernah masuk ke dunia kerja maka saya yakin membenarkan pendapat saya tersebut. Dunia kerja membutuhkan orang-orang yang tangguh dan dapat dipercaya terserah berapa lama pun pengalamannya.
Tidak peduli
anda sudah bekerja berapa tahun diperusahaan tersebut, selama anda tidak
menunjukkan prestasi yang maksimal, anda akan dihargai “murah” dan tiket untuk
naik ke jenjang yang lebih tinggi sudah “dicabut”.
Seorang
supervisior mengeluh, “Saya merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan.
Masa si Dani yang keterampilannya biasa-biasa saja, kok malah dipromosi. Kalau
mau diadu, saya berani taruhan, skill saya jauh melampaui keterampilan Dani.
Dia kan bocah ingusan yang baru masuk beberapa tahun ini. Sedangkan saya sudah
memiliki jam terbang yang melampaui kemampuan dia. Yang buat saya heran,
kok…malah dia yang dipromosi.”
Supervisor
seperti ini tidak memahami dan tidak menyadari bahwa prestasi seseorang akan di
nilai dari dua keterampilan yang ia miliki, yaitu keterampilan teknis dan
keterampilan non-teknis. Keterampilan teknis adalah keterampilan dasar yang
berkaitan dengan tugas-tugas utamanya, misalnya supervisor accunting harus menguasai accunting, seorang
salesman harus memiliki selling skill. Sedangkan keterampilan non-teknis
berkaitan dengan kejujuran, kedisiplinan, kepatuhan, kemampuan kerja sama dengan
orang lain, ketahanan didalam menghadapi tekanan-tekanan, kemampuan
berkomunikasi dengan baik, kemampuan bereaksi secara positif di dalam
menghadapi berbagai rintangan, dll.
Anthonius............
Saya punya seorang teman akrab, saat ini dia bekerja di sebuah perusahaan TOP di indonesia (pemiliknya: salah satu orang terkaya di indonesia). Anda mungkin berpikir, "lalu apa ngaruhnya ama gue :)". nah, sabar saya akan menceritakan pengalaman hidupnya masuk ke perusahaan tersebut, penasarankan.........?
Teman saya ini asalnya dari sumatera utara, orang yang sederhana, kuliah di salah satu universitas disana. di fakultas pendidikan jurusan MIPA, sedangkan dia pemilik nilai NEM matematika tertinggi di sumatera utara. Anda tentu tahu setelah lulus apa yang akan dikerjakan oleh teman saya ini. tentu, akan menjadi guru (***pekerjaan yang sangat mulia***). Untuk menjadi guru : Jasa nya mulia tapi tentu siap untuk menjadi orang yang kehidupannya sederhana di masyarakat. "Terimakasi kepada Bapak & Ibu Guru di seluruh Indonesia atas baktimu untuk kami".
Teman saya ini setia dalam mengikuti setiap perkuliahan sampai akhirnya Skripsi, kebetulan sekali waktu teman saya ini ujian skripsi owner perusahaan terebut lagi sedang berada juga di kampusnya dan singkat cerita teman saya diajak oleh beliau untuk bekerja di perusahaanya di Jakarta, ternyata tidak gampang teman saya melewati masa-masa di perusahaan ini. Proses yang panjang, sampai suatu kali dia mau di PHK namun benar kata orang bijak : "Tuhan menyertai orang yang setia". Perjuangannya panajang dan sekarang teman saya berada pada salah satu TOP LEVEL LEADER di perusahaan tersebut.:)
Anda mau seperti dia? Bayar harganya maka Anda dapat melakukan hal besar, bahkan lebih besar dari teman saya ini.
Jadi aspek
keterampilan non-teknis bicara tentang ATTITUDE.
Sebelum
dipromosi, setiap karyawan akan diuji dua aspek oleh perusahaan, yaitu
kerterampilan teknis dan non-teknis. Mayoritas orang tidak lulus dalam pegujian
aspek non-teknis. Dan biasanya pengujian tersebut dilakukan dalam waktu yang
panjang, dan bisa bertahun-tahun, untuk menentukan apakah orang ini bisa
dijadikan partner kerja top manajement.
3. Memiliki
mentalitas anak-anak
......“Kerja saya
tidak dihargai oleh perusahaan, yah saya kerja sesuai dengan apa yang saya
terima. Saya dibayarnya segini, yah saya memberikan tenaga saya juga sesuai
dengan gajinya…”
Ada karyawan
yang memiliki prinsip kerja seperti ini, “Sebenarnya, saya mampu mengerjakan
tugas ini dalam waktu tiga jam, tetapi saya sengaja mengerjakannya dalam dua
hari. Buat apa saya kerja cepat-cepat, toh usaha saya tidak dihargai…”
Cara berpikir
seperti ini persis seperti cara berpikir anak kecil, “Kalau Mama tidak
membelikan mainan…saya tidak mau tidur siang…”. Jadi, saya baru mau taat dan tidur
siang kalau tuntutan saya dikabulkan (yaitu beli mainanan).
Banyak orang
yang tidak menyadari bahwa jika kita bekerja, kita sedang menjual keterampilan
kita. Harga kita tergantung seberapa besar kualitas keterampilan yang kita jual.
Orang yang memiliki prinsip keliru ini, tidak pernah mau belajar untuk meningkatkan
kualitas keterampilannya. Ia merasa amat rugi untuk bekerja keras dan lebih
produktif untuk menunjukkan prestasinya. Karena focusnya adalah upah yang ia
terima. Orang seperti ini ingin menuai, tetapi ia tidak mau menanam. Mau
mendapatkan, tetapi tidak mau memberi. Mau berhasil, tetapi tidak menjalankan
prosesnya. Padahal segala aspek dalam kehidupan ini berlaku, APA YANG ANDA
TABUR, ITU YANG ANDA TUAI.
Cirri-ciri
karyawan yang memiliki mentalitas anak-anak:
-
Selalu menuntut, tetapi sedikit berbuat
-
Selalu menyalahkan kondisi dilingkungan, tetapi
tidak pernah introspeksi diri
-
Selalu menuntut syaratnya terlebih dahulu, baru
bersedia mau melakukan sesuatu
-
Menginginkan sukses yang cepat, tetapi tidak mau
menjalani prosesnya
-
Tidak pernah mau belajar dari kesalahan di masa
lalu
Bila Anda memiliki anak buah yang
meiliki cirri-ciri seperti diatas,
apakah Anda mau mengambil resiko untuk mempromosikan dia ke jenjang yang lebih tinggi?
Coba jawab sekarang!
Tidak ada keberhasilan yang mudah di dalam dunia. Tidak ada pekerjaan yang gampang dengan rintangan yang sedikit. Bila anda menginginkan promosi ke jenjang yang lebih tinggi, Anda harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai tantangan yang lebih berat. Jika saat ini Anda diberi beban “masalah” dengan takaran seperti sekarang, pertanyaannya: apakah Anda sanggup mengatasinya? Bila Anda belum sanggup menyelesaikannya, apakah Anda sanggup memikul beban yang lebih berat pada jenjang jabatan yang lebih tinggi?
Banyak karyawan dan profesional yang mengeluh tentang kesulitan dan rintangan yang ia hadapi. Dan banyak diantara mereka memiliki pola pikir “Kalau rintangannya tidak seberat ini, saya pasti dapat menyelesaikan tugas dengan tuntas. Habis masalahnya seperti ini sih…” Nah, justru Anda sedang diuji, apakah Anda sanggup mengatasi masalah dan beban seperti ini. Kalau Anda bisa dan berhasil, Anda bisa berbangga, karena menambah koleksi keterampilan yang baru lagi.
Coba Anda mengukur diri: Apakah Anda sudah menjadi seorang PROBLEM SOLVER, artinya setiap tugas-tugas yang diberikan (baik yang berat maupun ringan), Anda bisa selesaikan dengan tuntas tanpa banyak mengelu dan tuntutan. Kalau bisa selesai, dan selalu bisa selesai, coba Anda tambahkan lagi tingkat kesukarannya dan tinjau lagi, apakah Anda berhasil atau tidak?
Kalau belum,
latihan terus hingga berhasil. Dengan kata lain, bila posisi Anda adalah
supervisor, coba ujilah diri Anda lagi, apakah Anda sanggup mengangkat beban
kerja seorang manajer? Apakah Anda sudah memiliki berbagai keterampilan yang
dibutuhkan oleh seorang manajer? Bila belum, latihan terus hingga berhasil.
Ingatlah: tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan gila-gilaan. Semuanya ada
harga yang harus dibayar. Sering harganya mahal untuk bisa berhasil.Bila saat ini
Anda sedang patah semangat (karena tidak dipromosi), bangkitlah, buat suat
target untuk masa depan, ubah cara berpikir Anda, tabur hal yang benar dan
jangan pernah menyerah hingga tujuan tercapai. Selamat mencoba lagi denngan
cara yang berbeda.
“Dalam tiap
jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan
saja”.
(nanti diartikel berikutnya saya akan mengupas banyak pengalaman di dunia kerja khususnya yang saya liat sendiri/ngalamin....Anthonius)
By : Freddy
Liong, MBA, CBA http://abbalove.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1559:qkenapa-bukan-saya-yang-dipromosiq&catid=101:work-a-marketplace&Itemid=47
Anthonius Ledoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar